Minggu, 27 Januari 2013

INDAHNYA PERSAHABATAN



            Semilir angin pagi menyejukkan jiwa. Gemericik air sungai mengalunkan nada-nada indah. Diiringi dengan kicauan burung-burung di angkasa. Cahaya suci dari sang surya melengkapi keindahan pagi di desaku. Sebut saja desa Pelem. Di sinilah aku bersama keluargaku tinggal.
                Di desa ini pula aku mengukuir persahabatan bersama ketiga sahabatku. Mereka adalah Ani, Linda dan Putri. Ani adalah si cewek cantik yang memiliki kulit hitam manis. Dia adalah sahabatku yang paling tua. Dia sekarang duduk di bangku SMA. Aku, Linda dan Putri biasa memenggilnya ”Mbak”. Sedangkan Linda adalah si cewek genit yang selalu caper bila di depan cowok. Walaupun begitu aku tetap senang berteman dengannya. Kalau yang satu ini, Putri adalah si cewek manis yang pendiam. Tapi dia enjoy banget kalau diajak ngobrol. Diantara ketiga sahabatku itu, aku paling sering mencurahkan isi hatiku kepada Putri dan aku paling sering bersama Putri.
                Walaupun kami berbeda sekolah dan umur, kami selalu berusaha menjaga persahabatan kami dengan sebaik – baiknya dan kami selalu berusaha untuk bertemu satu sama lain setiap hari entah di manapun kami berada.
                Ku tatap langit di sebelah barat, tampak sang mentari menangis di balik bukit yang dengan berat hati meninggalkan siang yang cerah dan seolah – olah dia berjanji akan kembali mencerahkan semangat baruku di hari esok.
                Inilah waktu yang tepat untukku dan ketiga sahabatku berkumpul. Disaat langit gelap dengan bintang – bintang yang berkilau menghiasi angkasa hitam, ketika aku hendak bersiap mengaji, handphone di sakuku menggetarkan kakiku. Dengan penasaran dan jantung yang dag, dig, dug ku ambil handphoneku dan kuangkat telponnya lalu aku menyahut,
                ” Iya , Mbak ! Aku ngaji. Ini mau berangkat.”, kataku membalik ucapan Ani yang selalu dilontarkan kepadaku sebelum berangkat mengaji. Lalu ku tutup telponnya dan aku segera melangkahkan kakiku menuju rumah Putri.
                ” Thing, thung !”, suara bel rumah Putri berbunyi nyaring.
                ” Ya, sebentar ! ”, jawab  Putri.
                ” Masuk dulu , Dik ? ” sapa Wanda, kakak Putri dengan nada halus dan sopan.
” Ya, terima kasih, Kak. Di sini saja sambil nunggu Linda.”, jawabku dengan nada halus pula.
                ” O... Ya sudah. Saya masuk dulu, mau solat maghrib ? , kata Wanda.
                ” Ya silahkan.”, kataku.
                Kebetulan rumah Putri dan Linda memang berdekatan. Jadi mudah untukku menghampiri mereka berdua. Tak lama kemuadian, terdengar suara yang mengagetkanku. Suara itu berasal dari du asumber yang berbeda. ” Dag, dig, dug, dag, dig, dug !”, jantungku semakin cepat berdetak. Darahku semakin deras mengalir. Keringat bercucuran membasahi tubuhku. Untuk kedua kalinya ku dengar suara yang mengejutkanku.
                ” Duoooorrrr ! ! ! ! ! ”
                ” Aaaaa ! ! ! ”, jeritku. Aku  sungguh kaget mendengar suara jail Putri dan Linda seakan – akan arwahku lepas dari ragaku.
                ”Dasar kalian ! Ngagetin aja ! ”, kataku sebel.
                  Kamu sih, HP mulu ! Liat tuh, sudah jam berapa ! Telat nih kita! ” , kata Putri.
                ” Kamu juga sih, dandan lama banget ! ” , jawabku tak mau kalah.
                ” Hey ! ! Udah dong jangan berantem ! pusing nih ! !”, bentak Linda pada kami. Wajah Linda yang merah penuh dengan emosi. Dan tiba- tiba Linda diam sejenak. Air matanya berlinang di pipi seakan dia menglami musibah.
                ” Lin, kenapa kamu ? ”, tanyaku.
                ” Udah nggak papa?”, jawab Linda.
                ” Lin, ceritain sama kita. Kita kan ingin tahu.” ,kataku.
                ” Iya, Lin.  Siapa tahu kami bisa bantu ?” , kata Putri.
                ” Udah nggak papa kok. Yuk berangkat aja. Udah telat nih !” , kata Linda. Linda mengeluarkan selembar tisu dari tas merah jambunya, dan dia segera mengusap air matanya. Sampai di rumah Ani, Linda terus berjalan begitu saja tanpa menghampiri Ani. Begitu pula Ani. Dia tak menyapa Linda atau bagaimana. Mereka berdua saling cuek satu sama lain. Aku dan Putri sangat heran dengan tingkah mereka di depan kami. Mereka yang biasanya lengket seperti surat dan perangko, tiba-tiba saja tak bisa menyatu seperti air dan minyak.
                ” Linda ! Tungguin Mbak dulu dong.” , kataku.
Namun Linda  menaggapinya dengan mata sinis dan mulut cemberut.
                ” Ada apa sih , An ?” , tanyaku pada Ani.
                ” Udah, nggak usah di bahas. Nggak penting ! ” jawab Ani sambil membalas sms yang bertuliskan nama pacarnya.
                ” O M G ! ! ! Mimpi apa mereka semalam?? ” , tanyaku pada Putri.
                ” Udah deh. Nanti kita tanya mereka. ”,jawab Putri.          
                Sesampai di madrasah, tempatku mengaji, Linda dan Ani masih menunjukkan tingkah laku mereka yang membuatku semakin penasaran.
                ” Lin, yuk ikut aku ke toilet ? ” , ajak Putri.
                ” Ya, sebentar ! ” ,jawab Linda.
                ” Eh, ikut dong? ”, kataku.
                ” Yuk neng .. .. ” , kata Putri.
                ” An, aku ke toilet dulu ya ? Ati-ati di sini, nanti ada momok..... hi...... hehehehe . . . .” , lawakku kepada Ani. Namun Ani hanya menanggapinya dengan senyuman manisnya.
                 Ketika di toilet . . . . . . .
                ” Cepet donk ,Put . Ustadz nya  keburu datang tuh. ” kata Linda.
                ” Udah biarin. Sekarang jawab pertanyaan aku . ” , kata Putri.
                ” Apaan sih , Put ? ”, tanya Linda pura-pura tidak tahu.
                ” Tingkah kamu sama Ani kok kayak gitu?”, tanyaku.
                ”Dan kenapa tadi kamu nangis ? ” , tanya Putri.
Tiba-tiba Linda memelukku dan air matanyapun berlinang membasahi bajuku. Akhirnya  diapun mau bercerita kepadaku.
                ” Jadi gini, tadi siang itu Ani ajak aku pergi ke Niama.  Dia mau bertemu dengan pacarnya. Tapi aku nggak mau, soalnya di rumah aku nggak ada motor. ” , sambil mengusap air matanya dia bercerita.
                ” lho, dia kan bisa berangkat dengan motornya sendiri? ”, tanyaku.
                ” Iya dia memeng bisa tapi ban motornya bocor dan pacarnya  tetep maksa Ani biar datyang ke Niama. Terus  Ani usulin supaya pinjam motor kakak aku. Aku sudah bilang, jangan An. Tapi Ani nggak dengerin aku. Dia tetap maksa. Dia bilang, udah tenang aja Cuma sebentar kok. Ya terpaksa aku ikut.” , jelas Linda.
                ” Trus kamu tadi pulang jam berapa ? ”, tanya Putri.
                ” Dari Niama aku pulang jam 16.00 sampai di rumah 16.15 .” , jawab Linda.
                ” Emang kamu berankatnya jam berapa ? ” , tanyaku.
                ” Jam 11.00 siang tadi.” , kata Linda.
                ” Ya ampun lama banget?  Sore banget kamu pulangnya ? Kamu nggak dimarahin ayahmu ?” , tanyaku.
                ” Nggak cuma di marahin. Sandal melayang ke mulutku ! Bayangin deh. Sakit banget aku ! “ , kata Linda dengan mata yang berekaca-kaca.
                ” Lin kamu kan bisa ajak Ani pulang awal? ” tanya Putri.
                ” Sudah. Dia tuh nggak mau. Aku mau pulang sendiri nggak boleh, aku suruh pacarnya antarin dia dia nggak mau , sebenarnya apa sih maunya ? Lebih parahnya lagi aku di keluarga aku sudah di cap sebagai anak nakal.” , kata Linda.
                ” Hah ? Sampai segitunya ? Ck,ck,ck.” , kataku.
                  Besok aku mesti pindah ke rumah nenek aku.”, kata Linda.
                ” Terus  kamu kalau mengaji gimana ? ” , tanya Putri.
                ” Ya abis ashar aku ke sini.
                   Aku sebel sama Ani ! Gara-gara dia aku jadi kayak gini ! Gara-gara dia persahabatan kita hancur ! Gara-gara dia . . . . . . ” , tiba-tiba ucapan Linda dihentikan oleh Putri.
                ” Sssst ! Stop, stop ,Lin ! Lin, kamu nggak boleh terlalu nyalahin Ani. Kita harus dengerin penjelasan langsung dari Ani.
                ” Tapi dia emang benar-benar salah. Nyesel aku sahabatan sama dia. Kenapa sih penyesalan selalu datang terakhir ? ” , sesal Linda.
                ” Udah Lin , udah ! Sekarang kita tanyakan sama Ani. Kalau memang Ani yang salah kamu harus ma’afin dia. Dan kalau kamu yang salah maka kamu yang harus minta ma’af sama Abi. Aku nggak mau persahabatan kita hancur hanya gara-gara masalah ini ! ” , kataku.
                Kemudian aku, Linda dan Putri kembali ke kelas. Di kelas  terlihat wajah Ani merah dan matanya berkaca-kaca.
                ” An, kamu kenapa ? ”, tanyaku.
                ” Ma’afin aku. Aku sudah dengar semua pembicaraan kalian di toilet. ” ,kata Ani.
                ” Jadi kamu tahu kan permasalahannya ? ” , tanya Putri.
                ” Ya, aku tahu. Aku sadar aku salah sama kamu, Lin. Aku egois banget. Ma’afin aku. Aku nggak ingin persahabatan kita hancur hanya karena aku. Ku mohon, please ma’afin aku, Lin ? ”, kata Ani.
                ” Udah ma’afin aja, Lin . ” , kata Putri.
                ” Ya , An. Udah aku ma’afin kok.” , jawab Linda.
                ” Kita masih temenan kan ? ” , tanya Ani.
                ” Yaiyalah ! ! ! ” , jawab Linda dan Putri kompak.
                ” Nha gitu dong. ” , kataku.
                Akhirnya kami semua berteman kembali. Inilah idahnya persahabatan. Disaat ada masalah kami selalu menyelesaikannya bersama-sama. Masalah besar harus kami anggap masalah kecil dan masalah kecil kami. anggap tidak pernah ada. Inilah persahabatan kami.  


Karya : Dewiratri Nur’ilmi

1 komentar:

  1. Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com

    Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
    -Situs Aman dan Terpercaya.
    - Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
    - Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
    - Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
    - Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
    -Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
    - 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI

    8 Permainan Dalam 1 ID :
    Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66

    Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
    BBM: 2AD05265
    WA: +855968010699
    Skype: smsqqcom@gmail.com

    BalasHapus